Manusia-manusia yang dirahmati Allah, khususnya kaum Muslimin yang berakal, mari kita sejenak menghindarkan diri kita dari hingar-bingar dunia, canda tawa, dentuman musik, ataupun game-game dan kesenangan-kesenangan sesaat yang disediakan dunia. Marilah kita berdzikir kepada Allah swt, berdzikir mengingat-Nya dan mengagungkan-Nya. Insya Allah, hati kalian akan tenang dan damai, lebih daripada keadaan kita setelah menonton televisi atau bermalas-malasan.
Apabila kita sudah mulai jenuh dengan dzikir, mari kita renungkan. Pasti di benak kalian banyak yang bertanya, “Buat apa sih, dzikir?”, “Cuma nyebut nama aja!”, “Membosankan!”. Mari kita beristighfar memohon ampunan kepada Allah dari pertanyaan-pertanyaan melalaikan. Saudara-saudaraku seiman, dzikir bukan amalan biasa. Dzikir adalah salah satu sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan cara yang sangat mudah. Kita hanya perlu berucap di bibir, hati yang khusyu’, maka kita sudah mendekatkan diri kepada Allah. Bayangkan, di mana saja dan kapan saja kita bisa berdzikir. Di perjalanan menuju sekolah, saat istirahat siang, sehabis menunaikan sholat, atau bahkan di tengah-tengah pelajaran. Berbeda dengan sholat, zakat, maupun shaum yang memerlukan kondisi tertentu.
Saudaraku, ikhwan dan akhwat, maukah kalian mencermati sebuah kisah tentang keajaiban dzikir? Maukah kalian tahu, seorang manusia yang diselamatkan oleh Allah dari lembah kehinaan dan kematian menuju kebahagiaan dan kesuksesan karena dzikir? Maukah kalian tahu, siapa manusia agung yang terus berdzikir sehingga Rasulullah saw. sendiri tidak mau kehormatan manusia itu ternoda?
Dari ‘Ibn Abbas bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Tiada pantas bagi seorang hamba untuk mengatakan bahwa dirinya lebih baik dari Yunus ibn Matta.” (HR. Bukhari). Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Barangsiapa yang mengatakan bahwa saya lebih baik dari Yunus ibn Matta, maka dia berdusta.” (HR. Bukhari).
Yunus ibn Matta adalah seorang nabi dan juga seorang rasul yang diutus oleh Allah kepada suatu kaum. Menurut para ahli sejarah Islam, Nabi Yunus a.s. diutus kepada kaum Niwana di daerah Irak, di mana dulu Nabi Ibrahim a.s. dan Nabi Luth a.s. juga mendakwahkan tauhid kepada Allah swt. Nabi Yunus a.s. juga mengemban tugas yang sama. Beliau mencurahkan seluruh tenaga dan jiwanya untuk menyeru kepada tauhid. Bayangkan, sekian lama Nabi Yunus a.s. berdakwah menuju tauhid, tidak seorang pun di antara kaumnya yang mengikuti seruannya. Bayangkan, apabila kita diperintahkan untuk membuat orang yang malas menjadi rajin. Maka baru beberapa hari, pasti kita sudah jenuh, marah, muak, dan tidak peduli lagi. Namun Nabi Yunus a.s. masih lebih sabar, beliau tetap berdakwah. Bayangkan, mungkin saja beliau berdakwah selama bertahun-tahun! Namun tetap saja, beliau adalah seorang manusia.
Beliau marah, tidak satupun dari kaumnya yang mengikuti seruannya. Tidak satupun yang berhenti dari penyembahan berhala dan kemusyrikan mereka. Akhirnya beliau memutuskan untuk pergi. Beliau tidak sudi untuk menyeru pada kaum seperti itu. Lebih baik beliau mencari kaum lain dan hidup dengan beribadah kepada Allah sepanjang hayatnya. Apabila kita menjadi beliau, bahkan di hari pertama pun kita pasti sudah muak dengan kaum tersebut. Nabi Yunus a.s. akhirnya menaiki kapal yang penuh muatan, berlayar meninggalkan kaumnya.
Namun takdir yang ditetapkan Allah datang dari arah yang tidak disangka-sangka oleh Nabi Yunus a.s, apalagi oleh kita. Kapal yang ditumpangi Nabi Yunus a.s. diterpa ombak besar,badai yang dapat menenggelamkan seisi kapal. Maka seluruh penumpang sepakat untuk mengurangi jumlah penumpang agar beban kapal berkurang dan tidak tenggelam. Nama orang yang keluar dari undian harus rela terjun ke laut yang luas, dan sudah bisa dipastikan oleh logika bahwa tidak akan selamat.
Undian pun dilaksanakan, namun nama yang keluar adalah nama Yunus. Nabi Yunus a.s. sadar bahwa ini adalah ujian dari Allah swt. Beliau sudah meninggalkan kaumnya dengan ketidaksabaran, maka beliau tertimpa oleh ujian yang sangat berat. Nabi Yunus a.s. kemudian tercebur ke bawah laut, tidak bisa bernapas, sudah dapat dipastikan akan mati. Namun takdir Allah tidak akan dapat disangka-sangka. Allah mengirim makhluk-Nya, seekor ikan paus yang besar, untuk menelan Nabi Yunus a.s.
Bayangkan, tenggelam di laut berombak, kemudian ditelan ikan paus. Apakah orang biasa bisa selamat? Orang biasa pasti mengira riwayatnya sudah tamat. Namun Nabi Yunus a.s. masih selamat, berada di perut ikan paus yang sangat gelap, di dalam laut yang gelap, dan berguncang-guncang. Dalam keadaan seperti itu, di mana orang biasa akan panik dan siap mati, Nabi Yunus a.s. makin mendekatkan diri kepada Allah dengan berdzikir. Beliau tidak makan, tidak minum, sulit bernafas, namun beliau a.s. menyambung hidup hanya dengan dzikir.
Bagaimana dzikir Nabi Yunus a.s. dalam kegelapan perut ikan paus? “An laa ilaaha illa anta, subhaanaka, innii kuntu minatz tzoolimiin” (Bahwa tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim). Setelah berdzikir berhari-hari, beliau akhirnya mendapat karunia dari Allah swt. Beliau dikeluarkan dari perut ikan paus menuju siraman cahaya matahari yang indah dan member energi.
Masalah selesai? Belum. Beliau rupanya diturunkan, dilemparkan ke tanah yang tandus tanpa pepohonan. Tidak hanya itu, Nabi Yunus a.s. juga pulang dengan kelaparan yang luar biasa, dahaga yang menumpuk-numpuk, dan kesakitan selama berada di perut ikan paus. Namun lagi-lagi, Allah memiliki cara Dia sendiri. Allah menumbukan tanaman sejenis labu bagi Nabi Yunus a.s. Beliau tinggal dan akhirnya dapat pulih kembali.
Bahkan berkat dzikirnya, beliau pun akhirnya dikembalikan kepada kaumnya, dan mereka semua beriman kepada Allah swt dan risalah yang beliau bawa. Jumlah mereka seratus ribu orang atau lebih. Benar-benar luar biasa. Kaum Nabi Yunus merupakan pemandangan langka, di mana seluruh penduduknya menyatakan beriman kepada risalah yang beliau bawa.
“Dan mengapa tidak ada (penduduk) suatu kota yang beriman, lalu imannya itu bermanfaat kepadanya selain kaum Yunus? Tatkala mereka (kaum Yunus itu), beriman, Kami hilangkan dari mereka azab yang menghinakan dalam kehidupan dunia, dan Kami beri kesenangan kepada mereka sampai kepada waktu yang tertentu.” (Q.S. Yunus: 98)
Sungguh, dengan dzikir maka Allah akan melenyapkan masalah kita. Sungguh, hanya dengan dzikir beliau, Nabi Yunus a.s. dianugerahkan oleh Allah pengalaman yang tidak akan pernah dialami oleh manusia mana pun, ditelan ikan paus, dan dianugerahkan kaum yang beriman semua kepada-Nya. Sungguh, ada perbedaan besar apabila Nabi Yunus a.s. berdzikir mengingat Allah atau tidak di dalam perut ikan itu, agar orang-orang tidak berkata bahwa karena beliau rasul maka sudah pasti beliau akan diselamatkan.
Maka kalau sekiranya dia tidak termasuk orang-orang yang banyak mengingat Allah, niscaya ia akan tetap tinggal di perut ikan itu sampai hari berbangkit. (Q.S. Ash-Shaffat: 143-144). Sungguh, apabila Nabi Yunus a.s. tidak banyak mengingat Allah, jasad Nabi Yunus akan tetap berada pada ikan paus. Maka saudaraku, berdzikirlah! Di mana pun kalian berada! Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
oleh : Irfan Imaduddin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar